From Blogging, to Sharing

Responsive Ads Here

Minggu, 24 Desember 2017

Benarkah Suara Burung Gagak Sebagai Pertanda Kematian Seseorang Hanyalah Mitos? Berikut Opini Saya

Suara Burung Gagak Sebagai Pertanda Kematian Seseorang?


Suwoko Blog - Siapa sih yang tidak mengenal mitos tentang burung Gagak dan datangnya kematian? Kita yang merupakan orang Indonesia pasti bukanlah hal yang asing lagi. Benar, mitos ini memang menyangkut pautkan hewan unggas berbulu hitam legam tersebut.



Jika di film-film horor, burung Gagak sering digambarkan sebagai hewan jelmaan setan atau kadang sering berada di bahu malaikat kematian. Seringnya, burung Gagak selalu identik dengan kematian dan kesengsaraan. Suaranya yang serak khas, membuat burung satu ini menjadi sangat mudah dikenali.



Lebih mengejutkan lagi, faktanya burung yang tampak mengandung nilai mistis yang kental ini, merupakan burung yang cerdas loh. Ya, kepintarannya pernah diuji oleh seorang ilmuwan. Namun, kali ini saya tidak akan membahas tentang kecerdasan burung Gagak ini. Melainkan, saya akan membahas soal mitos yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia tercinta ini.



Seperti judul artikel ini. Kebenaran tentang fakta atau mitos, jikalau suara burung Gagak merupakan pertanda akan datangnya kematian seseorang masih menjadi tanda tanya besar. Namun, tak jarang banyak orang-orang terutama yang tinggal di pedesaan meyakini mitos ini sebagai fakta yang memang benar adanya. Saya tak akan membantah teori tersebut, karena saya sendiri juga tak tahu kebenarannya.



Tapi, baru-baru ini saya kembali dibuat terkejut. Pasalnya, entah kebetulan atau memang benar begitu adanya, keterkaitan burung hitam tersebut sebagai tanda kematian seseorang kembali terjadi. Tepatnya, sekitar beberapa hari lalu saat seorang tetangga --agak jauh-- meninggal. Tak ada yang aneh dari proses meninggalnya tersebut tapi, mitos legendaris yang sedari tadi kita bicarakan kembali mencuat ke permukaan.



Yap, mendengar dari percakapan beberapa orang yang ada di rumah saat ada yang memberi kabar kematian tetangga itu. Ada satu mitos yang selalu dikait-kaitkan. Apalagi kalau bukan soal suara serak si burung Gagak. Sebelum musibah ini tersiarkan secara luas dikalangan tetangga, Ibu saya sendiri saat malamnya mendengar ada suara burung Gagak yang berputar-putar di atas kepala. Nah, bukan Ibu saya saja, tapi ada tetangga lainnya yang juga mendengarnya, tapi tentu di tempat dan waktu yang berbeda.



Menilai dari cerita di atas, pasti sebagian orang akan menilai kalau hal tersebut hanya kebetulan saja. Namun, menurut saya itu bukanlah suatu kebetulan. Mengapa? Karena, pada dasarnya, burung Gagak itu jarang sekali yang bernyanyi ria di dekat manusia saat malam hari. Bahkan, saya sendiri mengakui kalau mendengar suara burung Gagak secara langsung masih bisa dihitung jari, karena saking jarangnya burung Gagak bersuara di dekat manusia.



Dan, saat burung Gagak sudah bersuara nadanya yang khas melengking serak, maka sudah dipastikan, besok atau lusa pasti akan ada berita kematian. Dan hal ini pasti terjadi, bahkan bisa dikatakan 95% selalu tepat. Dari sini, saya kemudian menjadi sedikit ragu kalau suara teriakan khas burung Gagak sebagai pertanda kematian hanyalah mitos belaka. Namun, tentu saja saya juga tak bisa mengambil kesimpulan kalau hal tersebut fakta.



Selain suara burung Gagak, pertanda akan datangnya kematian seseorang lainnnya juga ada, yakni: jika di malam itu terasa dingin sekali (dingin yang tidak wajar). Maka, dapat dipastikan ada musibah yang bakal menimpa seseorang, entah itu kematian atau musibah lainnya.



Nah, begitulah sedikit opini yang dapat saya sampaikan. Terlepas hal tersebut mitos atau fakta, saya selalu menilainya dari sudut pandang kebiasaan, dan tentu saja hal tersebut tak lepas dari campur tangan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Wallahualam.



Demikian, dan sampai berjumpa di next post. See Ya :)



Penulis: Suwoko Saiyan



Artikel ini bersifat opini atau pendapat pribadi penulis. Kebenaran dari kejadian aslinya masih belum bisa dikatakan sebagai fakta. Menanggapi hal tersebut, pembaca boleh menepis opini penulis dengan berkomentar yang bertanggung jawab.

3 komentar: